Saturday, July 26, 2008

Mempersiapkan Pertarungan Kita

Tahun ini akan menjadi tahun yang panjang dan melelahkan bagi kita. Pertarungan siyasi kita akan menempuh waktu yang cukup lama. Kurang lebih 9 bulan waktu yang diberikan kepada partai politik untuk memperkenalkan, mensosialisasikan, dan mengutarakan visi-misi mereka yang akhirnya akan mempengaruhi rakyat Indonesia menentukan nasib dan pilihan politik mereka. Dan mau tidak mau kita pun akan terlibat langsug dalam pertarungan terbuka itu.

Dengan kondisi intelektual dan pemahaman masyarakat akan politik sekarang ini ditambah dengan rival-rival baru yang bermunculan, tentu saja pertarungan ini akan menjadi pertarungan yang akan sangat menguras energi dan pikiran kita. Dan tidak akan ada lagi kata “tidak siap” bagi kita. Kecuali kalau kita ingin kehilangan momentum dan kesempatan untuk sekedar membubuhkan coretan kecil bagi sebuah prasasti peradaban qur’ani yang insya Alloh akan menjadi solusi keterpurukan ummat sekarang ini. Kontribusi kita, tidak hanya menjadi bukti tanggungjawab kita terhadap kerja jamaah, tapi juga sebagai salah satu ikhtiar untuk mengembalikan kejayaan ummat sebagai bukti kecintaan kita kepada mereka.

Jangan terlalu percaya kepada firasat dan omongan para pengamat! Jangan terlalu percaya kepada prediksi-prediksi semu orang-orang yang mengaku sebagai pengamat. Terserah mereka mau menempatkan kita di barisan pecundang atau di barisan juara dalam list prediksi mereka. Sebaliknya, jangan terlalu percaya pada firasat, kalau firasat itu tidak didasarkan pada ilmu dan fakta yang ada di lapangan yang akhirnya menjerumuskan kita pada kesombongan atau malah rendah diri dalam berjuang.

Kita tentu ingat dengan kisah Perang Badr dan Perang Uhud yang sangat bertolakbelakang. Jumlah sumberdaya dan kekuatan yang besar tidak serta-merta menjamin kemenangan sebuah pasukan. Kalau saja ada pengamat militer pada waktu itu, mungkin tidak ada yang memprediksikan kemenangan Rosululloh melawan pasukan kafir Quraisy dalam perang Badr. Jumlah pasukan yang tidak seimbang, pengetahuan medan yang minim dari pasukan muslimin, dan rasa di atas angin dari kaum kafir Quraisy menjadi alasan yang cukup untuk mengeluarkan prediksi kekalahan Rosululloh pada peperangan itu. Tapi ternyata kekuasaan Alloh lah yang berbicara pada waktu itu. Pesona keimanan yang ditampilkan para Ahlul Badr ditambah dengan doa mustajab dari Rosululloh dan digabung dengan pertolongan Alloh lewat malaikat yang diturunkan langsung di medan perang menjadi kekuatan dahsyat tak terbantahkan yang “menyelamatkan” keberlangsungan dakwah Rosululloh.

“Dan ingatlah (hai para Muhajirin) ketika kalian masih berjumlah sedikit lagi tertindas di bumi (Makkah). Kalian takut orang-orang (Makkah) akan menculik kalian, maka Alloh memberi kalian tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kalian kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kalian rizky dari yang baik-baik agar kalian bersyukur” (Al Anfal 26)

Setelah perang Badr usai, kaum kafir menggelegak kebencian terhadap orang-orang Muslim karena kekalahan mereka di Perang Badr dan terbunuhnya sekian banyak pemimpin dan bangsawan mereka saat itu. Karenanya disusunlah rencana pepeangan ke dua yang dikenal dengan perang Uhud. Kondisi kaum Muslimin pada peperangan ini jauh lebih baik dan jauh lebih siap. Tapi ternyata kesiapan mereka tidak berarti kemenangan. Kemunafikan Abdullah bin Ubay yang membelot ditambah tidak patuhnya pasukan pemanah di atas Bukit Uhud telah membalik keadaan peperangan yang tadinya dimenangkan oleh Rosululloh. Khalid bin Walid yang masih kafir berbalik menyerang dan berhasil meluluhlantakkan pertahanan kaum muslimin. Memang dalam peperangan ini tercatat kisah harum Hanzhalah bin Abu Amir, tapi kemunafikan dan ketidakpatuhan sebagian pasukan hampir saja membunuh Rosululloh saw dan menyebabkan penghinaan dari kaum kuffar dengan dicincangnya para syuhada.

Nah, kita tinggal memilih. Apakah akhir pertempuran kita setahun ini akan kita jadikan gegap gempita laksana perang Badr ataukah mau kita buat bercucuran darah dan air mata seperti di Bukit Uhud? Kalau ingin seperti ahli Badr, maka pelajari dan penuhilah muwashofat penyebab kemenangan mereka. Tapi kalau hanya ingin seperti perang Uhud, maka biarkanlah kemunafikan di gerbong dakwah ini dan biarkanlah ketidakdisiplinan dan ketidakpatuhan sebagian kader yang ada di jamaah ini. Yang pasti, pertolongan Alloh tidak akan begitu saja turun dari langit.

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Alloh, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (Muhammad 7)

“BIla da’inya bermental ayam negeri yang tak tahan angin, mudah kena sampar dan mengandalkan jatah makannan olahan, maka kiamat da’wah sudah terdengar serunainya” (KH. Rahmat Abdullah)





Maraji’ :

  1. Al Qur’anul Kariim
  2. Shiroh Nabawiyah Al Mubarakfury
  3. Majalah Tarbawi Edisi Khusus Ustadz Rahmat Abdullah

0 Comments:

Post a Comment

<< Home